Teknologi Alternatif Mengolah Air Limbah dDengan Media Tanaman

Authors

  • Gusti Rusmayadi Universitas Lambung Mangkurat

DOI:

https://doi.org/10.59561/sabajaya.v1i3.35

Keywords:

Teknologi Alternatif, Mengolah Air Limbah, Media Tanaman

Abstract

Perindustrian yang berada di Banjarbaru, Kalimantan Selatan terletak di tengah - tengah pemukiman penduduk. Limbah cair yang dihasilkan menimbulkan masalah bagi pencemaran lingkungan sekitar. Pencegahan yang dilakukan dengan cara mengangkut limbah menggunakan truk kemudian di buang ke tempat lain. Pembuangan limbah cair dibeberapa lahan milik warga tanpa unit pengolahan berdampak pencemaran bahkan berpotensi konflik dengan warga. Kelompok industri tahu sebagai mitra 1 yang didampingi pada Program Kemitraan Masyarakat (PKM) perlu mendapatkan perhatian. Penyediaan tempat penampung limbah pada salah satu lahan warga untuk diolah sebelum dimanfaatkan untuk usaha tani menjadi solusi yang tepat menangani permasalahan limbah industri selama ini. Kelompok tani sebagai mitra 2 yang didampingi pada Program Kemitraan Masyarakat, merupakan kelompok tani lahan kering yang usaha taninya sangat bergantung dari curah hujan. Usaha tani musim kemarau umumnya dilakukan di pekarangan rumah. Sedangkan pada musim hujan usaha tani dilakukan di lahan tani. Melihat potensi lahan tani yang cukup luas, dengan limbah cair tahu berlimpah, tentunya dapat meningkatkan produksi tanaman lahan kering di kelurahan Sasi.Oleh sebab itu dibutuhkan metode pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan berdampak pada terpenuhinya kebutuhan bagi usaha tani. Dengan metode ini maka luaran yang diharapkan dari kelompok tani adalah mampu melakukan pengolahan limbah cair tahu dengan mudah, ramah lingkungan dan dapat memenuhi kebutuhan irigasi maupun pupuk bagi tanaman. Keterampilan untuk mengubah limbah cair menjadi lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan sebagai irigasi. Penerapan iptek pada kegiatan PKM ini juga telah berdampak pada perubahan mainset petani disekitar areal industri tahu untuk menjadikan limbah sebagai kebutuhan utama dalam usaha budidaya tanaman dan ternak.

References

Wibisono, G. dan P.Sukowati. 2010. Pengelolaan IPAL Komunal Melalui Struktur Kelembagaan Masyarakat Sebagai Bentuk Pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Jawa Timur dalam Upaya Pelestarian Fasilitas Penting Bidang Sanitasi. Penelitian Hibah Bersaing.

Dallas, S. 2006. Constructed Wetland for Waste Water Treatment. Presentasi Sustainable Sanitation and Wetland Technology (Workshop, 2006): ITC Murdoch Univercity; IEMT Universitas Merdeka Malang.

Dallas, S., B.Scheffe dan G.Ho. 2005. Reedbeds for greywater treatment—case study in Santa Elena— Monteverde, Costa Rica, Central America. Ecol. Eng. 23: 55-61.

Greg,W., R.Young dan M.Brown. 1998. Constructed Wetlands Manual, vol 1. Department of Land and Water Conservation New South Wales, Australia.

Tencer, Y., G.Idan, M.Strom, U.Nusinow, D.Banet, E.Cohen, P.Schroder, O.Shelef, S.Rachmilevitch dan I.Soares. 2009. Establishment of a Constructed Wetland in Extreme Dryland. Environmental Scisence Pollutant Res. 2009, 16, 862-875

Kadlec, R.H. dan R.L.Knight. 1996. Treatment Wetlands; CRC Press/Lewis Publishers: Boca Raton, FL, USA.

Vymazal,J. dan L.Kröpfelová. 2008. Wastewater Treatment in Constructed Wetlands with Horizontal Sub-Surface Flow; Springer: Dordrecht, The Netherlands.

Raude J.B. M.Mutua, L.Chemelil, K.Kraft dan Sleytr. 2009. Household greywater treatment for peri-urban areas of Nakuru Municipality, Kenya. Journal of Sustainable Sanitation Practice , 2009,1, 10-15. EcoSan Club, Austria

Downloads

Published

2023-05-31